Mengenal Disfungsi Seksual Wanita

Disfungsi seksual pada wanita kerap dianggap remeh. Padahal, kehidupan seksual yang sehat menjadi salah satu indikator kesehatan. Dan, tak adanya minat berintim-intim bisa menyebabkan pernikahan berantakan. Kenali penyebabnya sebelum terlambat!

Randy (31) belakangan ini agak kesal pada Anita (29), istrinya. Baru dua bulan menikah, Anita sepertinya enggan setiap kali diajak bermesraan. "Selalu ada saja alasan. Capek, lah. Sedang haid, lah," curhat Randy pada sahabatnya, Aji.

Ternyata Anita memang hanya mencari-cari alasan untuk menghindari hubungan seks. Anita merasa tak ada gairah. Kendati masih berstatus pengantin baru dan baru sebentar mengenal dan "mencicipi" seks, dia merasa sudah cukup dan tak tergerak untuk melakukannya lagi.

Apa yang terjadi pada Anita bisa saja terjadi pada perempuan lain, termasuk Anda. Bisa jadi Anita sedang mengalami gangguan disfungsi seksual. Ya, gangguan ini ternyata tak hanya dialami kaum pria.


Menurut dr. Naek L. Tobing, psikiater, sex educator, dan sex counselor, disfungsi seksual merupakan suatu gangguan fungsi seksual di mana fungsi ini dibutuhkan manusia untuk melakukan kontak seksual yang normal. Pada perempuan, disfungsi seksual meliputi lima hal:
- Penurunan/gangguan nafsu atau libido
- Gangguan terangsang (arousal)
- Gangguan orgasme
- Dispareunia (kondisi dimana vagina kering)
- Vaginismus (kondisi dimana vagina langsung berkerut setiap kali akan berhubungan seks sehingga tidak jadi berhubungan).

Dari kelimanya, yang paling sering diderita adalah tiga hal pertama. Dan dari ketiganya, hasrat atau libido memegang peranan penting. Jika tidak ada hasrat, seorang perempuan tidak bisa terangsang. Bila tidak terangsang, walaupun bisa berhubungan seks, otomatis tidak bisa orgasme.

Intinya: Libido
Benar, disfungsi seksual terberat adalah gangguan libido atau penurunan keinginan berhubungan seks (hypo sexual desire disorder). Kendati demikian, perempuan masih bisa melakukan hubungan seks karena alat kelaminnya bersifat rongga, dalam arti menerima. Berbeda dengan pria yang jika tidak ada libido, alat kelaminnya bisa "mati".

"Perempuan masih bisa berhubungan seks, minimal melayani pasangannya sehingga kadang-kadang gangguan libido ini tidak kelihatan. Bisa dipalsu atau fake. Walaupun itu bisa ketahuan bagi pria yang punya pengetahuan," papar Naek.

Gangguan libido bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
1. Primer
Disebut primer karena penyebabnya terjadi sejak awal atau sebelum dia mengenal seks. Naek mengatakan, memang ada perempuan yang sejak awal menikah atau bergaul dengan laki-laki, hasratnya kurang. Walaupun untuk perempuan yang belum menikah tidak bisa dipastikan begitu.

"Sebelum menikah, seorang perempuan bisa saja tidak mau berpegangan tangan dengan pacarnya karena memegang prinsip agama, dan sebagainya. Itu mungkin saja. Tetapi bisa saja dia memang memiliki gangguan libido. Itu yang susah ditebak dan tidak bisa dipastikan," ujar pria yang buka klinik di Jalan Pakubuwono, Jakarta, ini.

Sembilan puluh persen gangguan ini disebabkan oleh faktor psikologis. Perempuan yang sudah menikah pasti ingin berhubungan seks sejak dia resmi menikah dan mengalami malam pertama. Bila keinginannya setengah-setengah atau ingin hanya karena "aturan" (bukan karena hasrat), patut diwaspadai.

Ada juga perempuan yang enggan berhubungan seks atau hanya berhubungan seks karena ingin punya anak. Dalam hal ini, otomatis pengetahuan seks perempuan tersebut kurang dan tidak tahu apa sebenarnya seks.

Selain itu, yang bersangkutan biasanya juga tidak sadar kalau dia mengalami gangguan libido dan biasanya yang mengeluh adalah suaminya. Parahnya, jika tidak diobati dan dicari penyebabnya kemungkinan perempuan tersebut akan bisa mengalami gangguan libido seterusnya.

2. Sekunder
Berbeda dari primer, pada penyebab sekunder, libido seorang perempuan mula-mula normal dan pada suatu waktu menurun. Dalam hal ini dia sudah pernah menikmati bagaimana berhubungan seks dan jika sewaktu-waktu hasratnya turun, bukan tidak mungkin dia mengalami gangguan libido.

Menurut Naek, dalam kasus ini penyebabnya mudah diketahui karena dulunya perempuan tersebut normal, dalam arti punya hasrat, terangsang, dan bisa orgasme. "Tanya kenapa dan cari penyebabnya. Biasanya mudah didapat penyebabnya dan setelah itu perbaiki penyebabnya," sarannya.

Penyebabnya ada tiga hal, pertama, faktor psikologis. Kedua, hubungan suami-istri seperti perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga (ini merupakan penyebab terbanyak). Ketiga, fisik. Yakni karena berkurangnya hormon (banyak ditemui pada perempuan yang mendekati atau mengalami menopause), narkoba, dan sejumlah penyakit seperti liver, diabetes, ginjal, dan hipertensi.

Bisa Disembuhkan
Lantas, bisakah penderita gangguan libido disembuhkan? Untuk yang primer hingga kini masih susah disembuhkan. "Kalau kasusnya ringan, bisa. Tetapi kalau sudah berat dan sama sekali tidak ada hasrat, susah. Karena tidak ada insting lagi dan di otaknya, di pusat seksnya, sudah mati. Sehingga jadi mata rasa," papar Naek.

Untuk penderita disfungsi seksual sekunder masih bisa disembuhkan, tergantung penyebabnya. "Kalau disebabkan fisik, rata-rata masih bisa diperbaiki. Dua minggu biasanya sudah normal. Kalau psikologis, tergantung apa penyebabnya. Misalnya, dia benci suaminya dan tidak mau berdekatan dengan suami. Ini susah. Tetapi sepanjang dia mau disembuhkan, bisa disembuhkan," jelas Naek.

Adapun pendekatan yang dilakukan adalah bicara dengan pakar seksologi, mencari penyebabnya, dan menerima kondisi apa adanya. "Semisal jika suami selingkuh dan dia sudah tobat, kita dorong si istri untuk sebaiknya menerima suaminya. Lalu menaikkan kekuatan seksnya dan menghilangkan hambatan psikologisnya. Dengan dukungan suami, bisa disembuhkan."

Pelecehan Sebabkan Disfungsi Seksual?
Benarkah perempuan yang pernah mengalami sexual abuse atau kekerasan seksual kemungkinan menderita disfungsi seksual? Bisa ya, bisa tidak. Perlu ditelaah kapan perempuan tersebut mengalami seksual abuse. Saat masih anak-anak atau sudah dewasa.

Menurut Naek, kekerasan seksual bisa berdampak dua hal. "Kekerasan seksual yang terjadi saat masa kanak-anak bisa mengakibatkan disfungsi seksual bila akibat dari kekerasan seksual itu negatif terhadap dirinya, yaitu merasakan hal itu sebagai trauma. Sebaliknya, kekerasan seksual bahkan bisa menambah libido," ungkpanya.

Biasanya, perempuan yang mengalami trauma karena kekerasan seksual adalah yang mengalaminya pada usia dini dan hal itu dirasakan menyakitkan baginya. Hal itu kadang menurunkan libido dan bahkan menghindari seks karena dianggap menakutkan.

Makin dini trauma, makin berat akibatnya. Seorang perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual saat berusia 2 atau 3 tahun mungkin tidak ingat lagi kejadian itu tetapi hal itu sudah "masuk" dalam dirinya. Sedangkan untuk perempuan yang pernah jadi korban kekerasan seksual saat berusia 7 atau 8 tahun, rata-rata masih bisa disembuhkan.

Seks Sebagai Indikator Kesehatan
Tak ingin mengalami disfungsi seksual? Berikut beberapa tips dari Naek.
- Sejak usia muda mesti ada suatu tekad bahwa seks itu sehat. Seks adalah indikator dari kesehatan dan sumber kesehatan pada usia tua. Jika orang menikmati seks dan happy, seluruh badan menjadi segar dan terasa lebih muda. Jadi, seks memberikan rejuvenating effect atau membuat muda kembali.
- Jaga kesehatan dan kecantikan supaya suami tetap tertarik.
- Jaga kesehatan suami.
- Nikmati seks secara teratur dan bila ada gangguan, cek kenapa itu terjadi. jika masih menganggu, jangan malu konsultasi ke pakar seksologi. Tanamkan prinsip bahwa semua masalah seks bisa diperbaiki.
- Jaga kemesraan hubungan suami-istri.
- Jalankan pola hidup sehat dan istirahat cukup.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.