Komunikasi Seks Kunci Keharmonisan
Komunikasi Seks Kunci Keharmonisan
Seks salah satu tiang utama perkawinan. Dengan itu, kehidupan berkeluarga menjadi lebih berbunga. Sebaliknya, tanpa itu keharmonisan pasangan suami-istri bisa terganggu, meskipun tak selalu berujung perpecahan. Dalam hal satu ini komunikasi menjadi kunci terpenting. Dokter bisa membantu hanya bila pasangan tak mampu mengatasi sendiri.
Seks ibarat lem perekat. Ketika baru menjadi pasangan, hari-hari dilalui bersama dengan kesenangan. Mereka melihatnya sebagai sesuatu yang selalu indah, istimewa, yang bisa dinikmati bersama. Namun, keistimewaan itu secara alamiah dan sedikit demi sedikit akan luntur kadarnya. Kecuali bila keduanya mampu memelihara keistimewaan itu dengan "bumbu-bumbu" baru. Sajian sama tetapi tampilan dan rasanya berbeda, sehingga tetap bisa dinikmati bersama. Keharmonisan pun bisa dicapai.
Sebaliknya, kalau keistimewaan itu tidak dipelihara, bukan tak mungkin akan menjadi sesuatu yang biasa. Yang lebih celaka kalau hal ini terus berlanjut hingga menjadi sesuatu yang tak ada apa-apanya.
Tapi tunggu dulu! Hubungan seksual bukan satu-satunya penentu keharmonisan suami-istri. Benar kalau dr. Boyke Dian Nugraha Sp.OG, MARS, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang juga seksolog, menganggap seks adalah salah satu tiang perkawinan. Jika satu pilar ini goyah atau dicabut, rumah tangga itu bisa saja runtuh. Menurut dia, peranannya dalam keharmonisan rumah tangga sekitar 20%. Sedangkan unsur terbesar, 55%, adalah faktor komunikasi. Kesenjangan komunikasi akan menyebabkan banyak hal tak tersampaikan. Jika terus dibiarkan, kurang sehatlah hubungan suami-istri.
Sekali lagi, komunikasi!
Supaya seks tetap dalam kondisi prima, ada empat hal ditekankan dr. Boyke. Pertama, seks yang dilakukan dalam ikatan perkawinan, bukan dengan pacar. Kedua, yang dilakukan dengan perasaan cinta, bukan dengan membayar, atau melakukannya secara asal-asalan. Ketiga, dilakukan dengan keterlibatan emosi masing-masing pasangan, dengan tujuan saling memuaskan. Keempat, yang dilakukan dengan teknik dan variasi baru, sehingga tidak membosankan. "Jika satu dari keempat hal itu tak ada, akan terjadi ketidakharmonisan," tegasnya.
Namun, di atas itu semua, yang terpenting tetap komunikasi intim. Perselingkuhan biasanya berakar pada kesenjangan komunikasi ini.
Memang, dari keempat hal itu, faktor keterlibatan emosi bisa memancing terjadinya perselingkuhan. Makin panjang usia pernikahan, seks sering dianggap sebagai rutinitas semata. Rasa bosan bisa menjangkiti baik suami maupun istri.
Diingatkan dr. Boyke, rasa jemu, yang ada kaitannya dengan teknik dan variasi yang monoton, bisa memperkecil keterlibatan emosi. "Sang istri asal melayani karena (dianggap) sudah kewajiban, pura-pura orgasme supaya cepat selesai. Tak ada rasa cinta," tuturnya. Biasanya, suami mengeluh istrinya terlalu konservatif, diminta oral seks tak mau, sementara dirinya, terutama yang berusia di atas 40 tahun, memerlukan rangsangan lebih. Ini menjadi salah satu pendorong pasangan pria mendatangi pekerja seks komersial atau melakukan perselingkuhan.
Namun, jangan bersorak dulu wahai kaum pria. Di Klinik Pasutrinya, dr. Boyke menemukan cukup banyak kasus wanita berselingkuh. Penyebabnya, para suami yang kurang "pintar", menderita ejakulasi dini, atau impotensi, kurang perhatian, dan sebagainya.
Menghadapi kasus demikian, biasanya dr. Boyke akan memanggil pasangan itu satu per satu, untuk dikorek duduk permasalahannya. Selanjutnya, mereka mendapat PR (pekerjaan rumah) untuk menuliskan apa yang dikehendaki atas pasangannya.
"Nanti PR itu dipertukarkan, tentu setelah saya perhalus," kisah dr. Boyke. Sehabis itu, barulah pasutri itu dipanggil berdua. Menurutnya, banyak pasangan yang menahan bicara untuk menjaga perasaan pasangannya. Akhirnya, itu menjadi amarah terpendam. Dalam hal ini, ia hanyalah mengurai benang komunikasi yang kusut. Setelah kran komunikasi dibuka, biasanya pasangan itu harmonis kembali.
Fantasi seksual
Untuk menambah perbendaharaan teknik dan variasi, pasangan dibolehkan menonton film dewasa sebagai alat bantu, "Sepanjang itu tidak dijadikan obsesi. Misal, sebelum berhubungan selalu harus menonton BF dulu. Kalau sesekali, bolehlah," tambah dr. Boyke.
Ia juga menyarankan pasutri untuk mengubah tempat bermesraan. Sesekali di kamar mandi, sesekali menggunakan gel, sesekali menggunakan vibrator, dan sebagainya.
Berbagi fantasi pun disarankannya.
"Tapi fantasi saya agak liar, Dok," adu seorang nyonya muda agak tersipu. Dr. Boyke balik menggoda, "Sama suami sendiri kok malu-malu."
Memang ada seorang suami atau istri yang terkejut karena pasangannya ingin melakukan hubungan di atas karpet. Ada juga yang ingin melakukan di dalam mobil. Padahal, sang pasangan tergolong konservatif. Akibatnya, ia malah curiga, dari mana dan dari siapa si pasangan mendapat "jurus" seperti itu.
Ingat, fantasi seksual boleh saja, asal tujuannya untuk memuaskan pasangan. Misalnya, seorang suami membayangkan Inul atau Kris Dayanti ketika berhubungan dengan istrinya, dengan maksud agar gairahnya tetap mendidih. Atau, sang istri membayangkan suami di hadapannya sebagai Antonio Banderas.
Periksa, lalu terapi
Jangan remehkan pula bila ada tanda-tanda disfungsi seksual. Segeralah mengunjungi dokter untuk dicarikan penyebabnya dan ditentukan terapinya.
Menghadapi penderita disfungsi ereksi, misalnya, dr. Boyke akan mencari dulu penyebabnya, apakah faktor fisik atau psikis. Kalau fisik misalnya, periksa hormonnya. Apakah ia mengalami andropause, adakah diabetes, kolesterol tinggi, pembesaran prostat, atau lainnya? Begitupun pada wanita. Jika frigid, dia akan menjalani pemeriksaan hormon, adakah kista di kandungannya, atau apakah ada trauma masa lalu lantaran pernah (akan) diperkosa?
Dari pemeriksaan itu, baru terapi bisa dilakukan. Bisa secara medis atau cukup diajak mengobrol. Jika terlalu banyak masalah kejiwaan, dokter akan merujuknya ke psikiater.
Penggunaan obat pun dapat dibenarkan. Bilamana perlu, dr. Boyke akan memberikan vitamin, makanan suplemen, bahkan viagra (khusus untuk pria).
Banyak pula kasus yang berhasil ditangani dengan mengubah pola hidup, seperti berhenti merokok, menghindari kolesterol, berolahraga, atau menurunkan bobot badan. Dengan cara ini separuh pasien sudah bisa sembuh. Separuh lainnya, yang mengidap diabetes, tekanan darah tinggi, stres, disembuhkan dengan bantuan obat-obatan.
Pada wanita, terapi fisik dilakukan dengan pemberian hormon replacement therapy, khususnya buat yang menopause, atau menopause dini dengan profil estrogen yang kurang, agar si wanita lebih bergairah. Ada pula yang perlu pengaturan pola makan, fitness, penurunan bobot badan, atau konsultasi ke ahli akupunktur dan ahli gizi. Terkadang diberi juga obat penenang, atau gel jika pasien merasa sakit saat melakukan hubungan, antibiotik untuk keputihan.
Obat kuat
Diakui dr. Boyke, sekitar 90% pasien pria sudah mencoba obat-obatan lebih dulu sebelum berkonsultasi padanya. Mereka datang ke Mak Erot, minum obat-obatan Cina, atau mencampur Viagra dengan suplemen penambah stamina. Padahal, setelah konsultasi dengan dokter penggemar musik klasik ringan ini, si pasien hanya mengalami kelainan psikologis akibat stres. "Terapinya pun hanya ditambah sedikit olahraga, tambah penenang sedikit. Sudah bagus hasilnya."
Dr. Boyke menyatakan agak prihatin dengan kecenderungan masyarakat mengobati diri-sendiri. Kalau ke dokter, akan dicari penyebabnya, sehingga pengobatannya terkendali, cepat sembuh, dan aman.
Ia menaruh hormat pada obat-obatan tradisional untuk pria, di antaranya obat dari Cina, sanrego dari Sulawesi Selatan, tumbuhan purwaceng di Jawa Tengah, dan pasak bumi dari Kalimantan, "sepanjang obat itu memberi manfaat nyata. Hanya saja, jika ingin berbarengan minumnya, lihat dulu kandungan jamunya. Jangan lupa pula perhatikan label POM dari Depkes kalau membeli jamu instan."
Mengantisipasi adanya produk jamu yang dicampur senyawa kimia, Boyke sering menyarankan agar pasien membuat sendiri jamunya. Salah satu resepnya adalah campuran madu dan telur setengah matang plus jinten, atau campuran lada hitam, telur bebek, jeruk nipis.
Kalaupun lebih menyukai jamu siap saji, pastikan jamu itu telah melewati berbagai uji. "Jamu harus melalui uji praklinis dan klinis (uji manfaat)," jelas dr. Sonia Grania Wibisono. Dengan bukti ilmiah, kualitas jamu itu bisa lebih terjamin. Dalam uji khasiat terhadap KukuBima TL + Tribulus, misalnya, bisa dibuktikan adanya kandungan protodioscin. Dalam tubuh manusia, protodioscin diubah menjadi hormon dehidroepiandrosteron (DHEA), bahan dasar pembentuk hormon testoteron. Protodioscin juga me-ningkatkan lutenizing hormone. Kedua hormon itu berperan penting dalam meningkatkan kualitas hubungan suami-istri.
Bahwa jamu dicurigai dapat merusak lever, dr. Sonia mengingatkan untuk tidak sembarangan minum jamu yang tidak diketahui pasti isinya dan siapa produsennya. "Harus selektif, pilih yang ada daftar komposisinya," tambahnya.
Menurut dokter berwajah fotogenik itu, jamu biasa digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, atau mengobati beberapa gejala, "Sifatnya mirip makanan tambahan atau suplemen. Ada juga yang berfungsi seperti obat, tapi alami. Benar bahwa jamu membuat tubuh berfungsi lebih baik dan tidak membuat ketagihan."
Sejumlah perusahaan jamu besar terus-menerus meningkatkan kualitas produknya. Manfaat dan kemasannya bersaing dengan produk industri farmasi.
Namun, konsumen tetap harus waspada. Banyak merek jamu beredar dengan kemasan dan promosi yang menggugah minat, tapi isinya tak dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya penyakitnya tak kunjung sembuh, tapi malah muncul ancaman penyakit lain, terutama kerusakan pada lever.
Yang pasti, bukan hanya obat-obatan yang menjamin tercapainya keharmonisan seks dalam rumah tangga. Memperbaiki sikap dan memberi variasi terhadap seks itu sendiri yang malah sering menjadi solusi. Murah, tak berisiko pula.
Sumber : majalah Intisari AGUSTUS 2003
Seks salah satu tiang utama perkawinan. Dengan itu, kehidupan berkeluarga menjadi lebih berbunga. Sebaliknya, tanpa itu keharmonisan pasangan suami-istri bisa terganggu, meskipun tak selalu berujung perpecahan. Dalam hal satu ini komunikasi menjadi kunci terpenting. Dokter bisa membantu hanya bila pasangan tak mampu mengatasi sendiri.
Seks ibarat lem perekat. Ketika baru menjadi pasangan, hari-hari dilalui bersama dengan kesenangan. Mereka melihatnya sebagai sesuatu yang selalu indah, istimewa, yang bisa dinikmati bersama. Namun, keistimewaan itu secara alamiah dan sedikit demi sedikit akan luntur kadarnya. Kecuali bila keduanya mampu memelihara keistimewaan itu dengan "bumbu-bumbu" baru. Sajian sama tetapi tampilan dan rasanya berbeda, sehingga tetap bisa dinikmati bersama. Keharmonisan pun bisa dicapai.
Sebaliknya, kalau keistimewaan itu tidak dipelihara, bukan tak mungkin akan menjadi sesuatu yang biasa. Yang lebih celaka kalau hal ini terus berlanjut hingga menjadi sesuatu yang tak ada apa-apanya.
Tapi tunggu dulu! Hubungan seksual bukan satu-satunya penentu keharmonisan suami-istri. Benar kalau dr. Boyke Dian Nugraha Sp.OG, MARS, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang juga seksolog, menganggap seks adalah salah satu tiang perkawinan. Jika satu pilar ini goyah atau dicabut, rumah tangga itu bisa saja runtuh. Menurut dia, peranannya dalam keharmonisan rumah tangga sekitar 20%. Sedangkan unsur terbesar, 55%, adalah faktor komunikasi. Kesenjangan komunikasi akan menyebabkan banyak hal tak tersampaikan. Jika terus dibiarkan, kurang sehatlah hubungan suami-istri.
Sekali lagi, komunikasi!
Supaya seks tetap dalam kondisi prima, ada empat hal ditekankan dr. Boyke. Pertama, seks yang dilakukan dalam ikatan perkawinan, bukan dengan pacar. Kedua, yang dilakukan dengan perasaan cinta, bukan dengan membayar, atau melakukannya secara asal-asalan. Ketiga, dilakukan dengan keterlibatan emosi masing-masing pasangan, dengan tujuan saling memuaskan. Keempat, yang dilakukan dengan teknik dan variasi baru, sehingga tidak membosankan. "Jika satu dari keempat hal itu tak ada, akan terjadi ketidakharmonisan," tegasnya.
Namun, di atas itu semua, yang terpenting tetap komunikasi intim. Perselingkuhan biasanya berakar pada kesenjangan komunikasi ini.
Memang, dari keempat hal itu, faktor keterlibatan emosi bisa memancing terjadinya perselingkuhan. Makin panjang usia pernikahan, seks sering dianggap sebagai rutinitas semata. Rasa bosan bisa menjangkiti baik suami maupun istri.
Diingatkan dr. Boyke, rasa jemu, yang ada kaitannya dengan teknik dan variasi yang monoton, bisa memperkecil keterlibatan emosi. "Sang istri asal melayani karena (dianggap) sudah kewajiban, pura-pura orgasme supaya cepat selesai. Tak ada rasa cinta," tuturnya. Biasanya, suami mengeluh istrinya terlalu konservatif, diminta oral seks tak mau, sementara dirinya, terutama yang berusia di atas 40 tahun, memerlukan rangsangan lebih. Ini menjadi salah satu pendorong pasangan pria mendatangi pekerja seks komersial atau melakukan perselingkuhan.
Namun, jangan bersorak dulu wahai kaum pria. Di Klinik Pasutrinya, dr. Boyke menemukan cukup banyak kasus wanita berselingkuh. Penyebabnya, para suami yang kurang "pintar", menderita ejakulasi dini, atau impotensi, kurang perhatian, dan sebagainya.
Menghadapi kasus demikian, biasanya dr. Boyke akan memanggil pasangan itu satu per satu, untuk dikorek duduk permasalahannya. Selanjutnya, mereka mendapat PR (pekerjaan rumah) untuk menuliskan apa yang dikehendaki atas pasangannya.
"Nanti PR itu dipertukarkan, tentu setelah saya perhalus," kisah dr. Boyke. Sehabis itu, barulah pasutri itu dipanggil berdua. Menurutnya, banyak pasangan yang menahan bicara untuk menjaga perasaan pasangannya. Akhirnya, itu menjadi amarah terpendam. Dalam hal ini, ia hanyalah mengurai benang komunikasi yang kusut. Setelah kran komunikasi dibuka, biasanya pasangan itu harmonis kembali.
Fantasi seksual
Untuk menambah perbendaharaan teknik dan variasi, pasangan dibolehkan menonton film dewasa sebagai alat bantu, "Sepanjang itu tidak dijadikan obsesi. Misal, sebelum berhubungan selalu harus menonton BF dulu. Kalau sesekali, bolehlah," tambah dr. Boyke.
Ia juga menyarankan pasutri untuk mengubah tempat bermesraan. Sesekali di kamar mandi, sesekali menggunakan gel, sesekali menggunakan vibrator, dan sebagainya.
Berbagi fantasi pun disarankannya.
"Tapi fantasi saya agak liar, Dok," adu seorang nyonya muda agak tersipu. Dr. Boyke balik menggoda, "Sama suami sendiri kok malu-malu."
Memang ada seorang suami atau istri yang terkejut karena pasangannya ingin melakukan hubungan di atas karpet. Ada juga yang ingin melakukan di dalam mobil. Padahal, sang pasangan tergolong konservatif. Akibatnya, ia malah curiga, dari mana dan dari siapa si pasangan mendapat "jurus" seperti itu.
Ingat, fantasi seksual boleh saja, asal tujuannya untuk memuaskan pasangan. Misalnya, seorang suami membayangkan Inul atau Kris Dayanti ketika berhubungan dengan istrinya, dengan maksud agar gairahnya tetap mendidih. Atau, sang istri membayangkan suami di hadapannya sebagai Antonio Banderas.
Periksa, lalu terapi
Jangan remehkan pula bila ada tanda-tanda disfungsi seksual. Segeralah mengunjungi dokter untuk dicarikan penyebabnya dan ditentukan terapinya.
Menghadapi penderita disfungsi ereksi, misalnya, dr. Boyke akan mencari dulu penyebabnya, apakah faktor fisik atau psikis. Kalau fisik misalnya, periksa hormonnya. Apakah ia mengalami andropause, adakah diabetes, kolesterol tinggi, pembesaran prostat, atau lainnya? Begitupun pada wanita. Jika frigid, dia akan menjalani pemeriksaan hormon, adakah kista di kandungannya, atau apakah ada trauma masa lalu lantaran pernah (akan) diperkosa?
Dari pemeriksaan itu, baru terapi bisa dilakukan. Bisa secara medis atau cukup diajak mengobrol. Jika terlalu banyak masalah kejiwaan, dokter akan merujuknya ke psikiater.
Penggunaan obat pun dapat dibenarkan. Bilamana perlu, dr. Boyke akan memberikan vitamin, makanan suplemen, bahkan viagra (khusus untuk pria).
Banyak pula kasus yang berhasil ditangani dengan mengubah pola hidup, seperti berhenti merokok, menghindari kolesterol, berolahraga, atau menurunkan bobot badan. Dengan cara ini separuh pasien sudah bisa sembuh. Separuh lainnya, yang mengidap diabetes, tekanan darah tinggi, stres, disembuhkan dengan bantuan obat-obatan.
Pada wanita, terapi fisik dilakukan dengan pemberian hormon replacement therapy, khususnya buat yang menopause, atau menopause dini dengan profil estrogen yang kurang, agar si wanita lebih bergairah. Ada pula yang perlu pengaturan pola makan, fitness, penurunan bobot badan, atau konsultasi ke ahli akupunktur dan ahli gizi. Terkadang diberi juga obat penenang, atau gel jika pasien merasa sakit saat melakukan hubungan, antibiotik untuk keputihan.
Obat kuat
Diakui dr. Boyke, sekitar 90% pasien pria sudah mencoba obat-obatan lebih dulu sebelum berkonsultasi padanya. Mereka datang ke Mak Erot, minum obat-obatan Cina, atau mencampur Viagra dengan suplemen penambah stamina. Padahal, setelah konsultasi dengan dokter penggemar musik klasik ringan ini, si pasien hanya mengalami kelainan psikologis akibat stres. "Terapinya pun hanya ditambah sedikit olahraga, tambah penenang sedikit. Sudah bagus hasilnya."
Dr. Boyke menyatakan agak prihatin dengan kecenderungan masyarakat mengobati diri-sendiri. Kalau ke dokter, akan dicari penyebabnya, sehingga pengobatannya terkendali, cepat sembuh, dan aman.
Ia menaruh hormat pada obat-obatan tradisional untuk pria, di antaranya obat dari Cina, sanrego dari Sulawesi Selatan, tumbuhan purwaceng di Jawa Tengah, dan pasak bumi dari Kalimantan, "sepanjang obat itu memberi manfaat nyata. Hanya saja, jika ingin berbarengan minumnya, lihat dulu kandungan jamunya. Jangan lupa pula perhatikan label POM dari Depkes kalau membeli jamu instan."
Mengantisipasi adanya produk jamu yang dicampur senyawa kimia, Boyke sering menyarankan agar pasien membuat sendiri jamunya. Salah satu resepnya adalah campuran madu dan telur setengah matang plus jinten, atau campuran lada hitam, telur bebek, jeruk nipis.
Kalaupun lebih menyukai jamu siap saji, pastikan jamu itu telah melewati berbagai uji. "Jamu harus melalui uji praklinis dan klinis (uji manfaat)," jelas dr. Sonia Grania Wibisono. Dengan bukti ilmiah, kualitas jamu itu bisa lebih terjamin. Dalam uji khasiat terhadap KukuBima TL + Tribulus, misalnya, bisa dibuktikan adanya kandungan protodioscin. Dalam tubuh manusia, protodioscin diubah menjadi hormon dehidroepiandrosteron (DHEA), bahan dasar pembentuk hormon testoteron. Protodioscin juga me-ningkatkan lutenizing hormone. Kedua hormon itu berperan penting dalam meningkatkan kualitas hubungan suami-istri.
Bahwa jamu dicurigai dapat merusak lever, dr. Sonia mengingatkan untuk tidak sembarangan minum jamu yang tidak diketahui pasti isinya dan siapa produsennya. "Harus selektif, pilih yang ada daftar komposisinya," tambahnya.
Menurut dokter berwajah fotogenik itu, jamu biasa digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, atau mengobati beberapa gejala, "Sifatnya mirip makanan tambahan atau suplemen. Ada juga yang berfungsi seperti obat, tapi alami. Benar bahwa jamu membuat tubuh berfungsi lebih baik dan tidak membuat ketagihan."
Sejumlah perusahaan jamu besar terus-menerus meningkatkan kualitas produknya. Manfaat dan kemasannya bersaing dengan produk industri farmasi.
Namun, konsumen tetap harus waspada. Banyak merek jamu beredar dengan kemasan dan promosi yang menggugah minat, tapi isinya tak dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya penyakitnya tak kunjung sembuh, tapi malah muncul ancaman penyakit lain, terutama kerusakan pada lever.
Yang pasti, bukan hanya obat-obatan yang menjamin tercapainya keharmonisan seks dalam rumah tangga. Memperbaiki sikap dan memberi variasi terhadap seks itu sendiri yang malah sering menjadi solusi. Murah, tak berisiko pula.
Sumber : majalah Intisari AGUSTUS 2003
Post a Comment